Laman

Sabtu, 29 April 2017

Apa kabarmu ?



Apa kabarmu,hari ini?
tujuh purnama sudah kisah kita dalam diam,
segala rindu masih untukmu
sungguh, tak akan da puisi yang dapat kuselesaikan lagi
lantaran diksinya telah kau bawa pergi ke surga abadimu...

❤️ hen.291016 - 290417

Jumat, 21 April 2017

Berbeda karena Menulis

Perempuan yang sudah menuliskan sejarahnya adalah dia yang juga mengalami berbagai perihal ketidakadilan. Adalah dia yang ditakdirkan waktu untuk mengalami batasan hidup .

Kendatipun demikian, Ia tidak pernah larutkan dirinya dalam belenggu feodalisme. Ia lepas bebaskan dirinya dengan caranya sendiri.

Semua diawali dengan menulis. Menulis surat pada teman baik yang memiliki hal-hal yang sangat berbeda dengan dirinya.

Bersurat pada orang-orang dari bangsa yang berbeda, bahasa dan budaya yang sangat berbeda, tetapi bisa karena Ia menghargai perbedaan.

Seorang Kartini pada jamannya sudah mengahrgai perbedaan, memahami arti multikultur bahkan menjalaninya,
Sungguh suatu apresiasi yang tinggi, patut diberikan untuk perempuan hebat ini. Bagaimana mungkin kita tidak ikut melakukannya padahal di jaman ini, kita lebih maju dan lebih teknologis.

Dengan memahami perbedaan,
Dengan berbagi pikiran dan perasaan.
Dengan saling berbagai ide dan pendapat lewat tulisan, lewat surat-menyurat.
Ia peroleh berbagai wawasan baru dan  mengantarkannya untuk memikirkan emansipasi wanita di Indonesia.

Ia perempuan pahlawan di negeri ini.
Ia pahlawan yang berbeda, karena Ia berjuang dengan tulisan.

Kuhargai dirimu, Kartini...


21 April 2017

Selasa, 11 April 2017

dan, Purnama Raya mencahayakan hatiku...


Kutahu dalam bulan kutemukan cahaya indah karena aku ingat lirik lagu,
 " Ambilkan bulan ,Bu, untuk menemani tidurku yang lelap di malam gelap.."

dendang masa kecil yang membahagiakanku, kala itu

Namun kini,
semesta menulis malam dengan purnama raya yang mencahayakan hatiku
walau harus sendiri, tanpamu
kutautkan rasa sunyi pada ranting pohon
seperti, pungguk merindukan bulan

Namun kini,
pada batas kaki langit yang tak sempat lagi kita pijak bersama,
lantaran menjauh bersama angan dan mimpi
lelah terabaikan atas nama cinta
kutautkan gelisahku pada bintang yang setia menemanimu sepanjang malam

Namun kini.
engkau tawarkan bayang-bayang yang sesungguhnya kusadari,
tak mungkin menyatu, karena engkau memang sebatas bayangan

dan kini,
purnama raya mencahayakan hatiku
sejenak
sunyi


di gigir malam; purnama kedasa,sebelas april dua ribu tujuh belas
🌕 Uda ⭐








Sabtu, 08 April 2017

Separuh jiwaku

mungkin lebih baik menghitung hujan, 
barangkali jumlahnya setara dengan air mata yang merintik di hati.


Hujan Bulan Apri selalu datang sore-sore
membuat suasana romantis
dan hari penuh puisi, jika hati ingin menuliskannya.

meskipun begitu, tetap tak dapat kuselesaikan satu puisi pun untukmu,
lantaran diksinya telah kau bawa pergi jauh ke surga abadi
bersama separuh jiwaku.

hen - uda