Laman

Sabtu, 18 November 2017

NOL

Perasaanmu
di antara pensil dan kertas kosongku
menarikan aksara
yang tak pernah
sampai

sebenarnya,
seberapa jarak
kita?

Rabu, 15 November 2017

pelaminan kertas

malaikat menarikan nyanyian paling merdu
suatu sore
suatu tempat
suatu kisah

dua puluh lima tahun
terpatri sebagai kenangan
alpha - omega

dan anak manusia
tak pernah bertemu jawab
mengapa terjadi
lalu pergi
tinggalkan sunyi

di mana jiwa?


 (15.11 suatu tahun
kisah pengantin yang bersanding dengan waktu
pelaminannya kertas yang agak robek
rumahnya didirikan di atas pasir, yang sebentar saja lenyap di telan arus)

usang dan menua

menjadi kail di matamu
lebih dalam lagi
berharap terkait
perasaan ingkar
yang kerap menggangu tidurku

lalu kulempar
pada perkataan nyinyirmu
supaya kedegilan hatimu
terbakar
pada api
yang paling api

tak usah lagi
kau jadikan
hatimu magnit
pada setiap mimpi
lantaran kisah sudah usang
menua
dan sebentar menyatu tanah

15.11.17

Minggu, 05 November 2017

Nyanyian Hati


Dengan tersenyum, ia membersihkan debu yang menyelimuti alat musik kesayangannya. Masih terngiang saat berdua saling menghibur hati. Lelaki itu memainkan alat musik dan perempuan kesayangannya menyanyi, walaupun suara tidak terlalu merdu. Kadang lagu yang sedih, kadang lagu yang riang,tapi lebih sering dimainkannya lagu pujian-pujian kepada sang maha agung. Biasanya sore berhujan seperti saat ini.

Kata lelaki pemain organ itu, " Sore berhujan selalu menerbitkan romantisme yang manis, apalagi kalau sambil bernyanyi dan bermusik." Lalu, nada do re mi fa sol dalam setiap nyanyian pun mengalun, memenuhi ruang rumah sederhana itu. Sesekali saling melempar senyum. Sesekali saling memeluk hangat, bila lagu dapat dinyanyikan dengan tuntas. Cinta selalu menyatukan rasa.

"Lama sekali kita tidak nyanyi berdua, ya. Dirimu terlalu didera rutinitas kerjamu dan tulisan-tulisanmu." kata lelaki mengingatkan perempuan itu. Perempuan terdiam. "Aku merasa jauh darimu, sekarang." balasnya pelan. Ada nada kesenduan di antara mereka. "Yok, kita nyanyi lagi sekarang. Nyanyikan lagu kesayangan kita. Aku memainkan musiknya." ajaknya riang. Perempuan itu tersenyum bahagia. Bahagia akan menyanyi lagi. Tapi bunyi gemuruh di langit menyadarkannya dari lelap tidurnya. Kenangan selalu menggigilkan rasa.

#darisatukata
#pentigraf,cerpen tiga paragraf
#jeda sejenak menulis soal ulangan
#menulis itu membahagiakan.

Lima puluh tahun

Omongan adalah doa, sepertinya bukan ucapan belaka, setidaknya bagi seorang Deka. Ia membuktikannya saat usianya menginjak lima puluh empat tahun. Kini, kenangan itu merajamnya. Tak pernah dilupakannya peristiwa itu. Saat keinginannya untuk mewujudkan cintanya pada perempuan sederhana yang ingin sekali dinikahinya, lima belas tahun lalu. Tapi sepertinya waktu tidak memihaknya. Saat itu semua menjadi tidak terbukajalan  sedikitpun. Bahkan sekadar untuk berani mengungkapkan.

Diam-diam perasaan mereka hanya bicara dalam diam. Hingga entah karena apa, akhirnya saling menjauh. menjauh dan menjauh. Lalu hilang begitu saja.

Tetapi takdir tidak pernah mengingakri janjinya. Selalu saja ada peristiwa yang menjadikannya. Atas nama semesta, dipertemukannya lagi hati yang terpaut lima belas tahun. Tapi kini mereka telah berbeda. Deka tidak mungkin lagi, - sekali lagi -, tidak mungkin mewujudkan rasa cinta yang pernah mengharu biru perasaannya pada perempuan itu, hampir lima belas tahun yang lalu. Lantaran Deka tidak sendiri lagi. Sementara perempuan itu, pada garis usia luma puluh tahun terpisah oleh takdir, sendiri saja, karena ditinggal kekasih jiwanya menuju keabadiaan. Takdir tak pernah mengingkari janjinya.

pentigraf.