Laman

Sabtu, 29 Juli 2017

Bahkan

" Dalam keterbatasan angan, aku mencoba lagi menata setiap kenangan yang pernah ada bersamamu. Riuhnya  terpenjara dalam sekat ruang dan waktu, yang aku sendiri tidak pernah tahu , pintu hati sebelah mana harus kubuka lagi, sekadar bisa bertegur sapa dengan senyummu yang menghangatkan jiwa. Pernah kucoba untuk menghentikan alirannya, tapi selalu tersesat pada sisa mimpi kita berdua."

Kertas putih usang dengan tulisan tangan yang sangat kukenal, kutemukan di sudut laci meja kerja yang berdebu, karena hampir setahun ditinggal pemiliknya. Dalam diam, kuulangi lagi membacanya. Kuulangi  membacanya. Akh, tak layak  kupertahankan, hanya menambah lipatan sunyi.

"Berikan kertas itu padaku, biar kuturut membacanya." diam-diam kau perhatikan kegelisahanku. Hening beberapa jenak. Lantas, kau meraih pundakku, merapatkan pada lenganmu. 
"Kita sedang berjalan menuju masa depan. Kekuatan kita bukan pada masa lalu lagi. Tapi saat ini, saat kita berdua berjanji saling menjaga, saling meneguhkan untuk keindahan masa depan. Berjanjilah untukku sekali lagi saja, seperti yang pernah engkau bisikkan di tempat istirahat terakhirnya. Kali ini, untukku saja, Ibu."

Bahkan, lelaki kecilku yang kini beranjak remaja, lebih mampu sembunyikan kerapuhannya. Kuremas kertas yang pernah kutulisi tentang ayahnya, seminggu setelah kepergian abadinya. 
Dan, air mataku membatu.

291016 - 290717