Laman

Sabtu, 26 Mei 2018

semoga

tak pernah mampu mengusir wajah yang melekati bayanganku
selalu besertaku
seirama oksigen yang masuk dan keluar dari urat nadiku

adakah kau rasa?

#jauuuuuh sekali dia sekarang



Jumat, 18 Mei 2018

Enam Puluh Hari

kurawati perasaan  (kita) pada puisi-puisiku
kuabaikan perbedaan
lantaran rasa tak pernah mengingkari rasa

enam puluh hari berlalu
dalam simpanan kenangan lalu
pada rindu yang tercekat dan tersendat
tapi sungguh meng-indahkan hati
menyamankan rasa
mewarnai hidup 

kurawat bersama waktu
entah benar,
entah salah
menyayangimu dari jauh
bagiku, hadiah dari pemberi hidupku

biarlah Hyang Semesta
menjagaku
menjaga kisah ( kita) ini

#puisi pertemuan
#180318




Sabtu, 12 Mei 2018

Pada Sore yang Menyisakan Terik

Ceritamu bukan lagi untuk siapa-siapa
karena siapa-siapamu membeku bersama waktu yang selalu menderamu dalam kesendirian
seperti sore yang menyisakan terik
juga meninggalkan bayang yang sebentar lagi tenggelam bersama matahari dan mata hatimu
serupa itulah siapa-siapamu
tidak terjejak

Mengapa engkau tak menjamah bayang itu dan mengekalkannya dalam perasaan-perasaan jujurmu?

Mengapa engkau masih tersudut pada keangkuhan dirimu, padahal waktumu terus berputar?

Janganlah engkau sedemikian bisu,

karena ceritamu hanya lindap dalam puisi-puisi hati yang patah
dan tak akan pernah tiba dengan selamat di  beranda hatinya
serupa sore yang menyisakan terik

     hanya segaris bayang

     cuma siluet

     dan,

     itu

    sendiri

    sunyi

# mawar merah





Selasa, 08 Mei 2018

Apa yang kucari?

Aku menemukanmu, seperti tanah merasakan turunnya hujan, bahagia karena memberi kehidupan.
Aku menemukanmu ketika hatiku kosong.
Waktu seperti berpihak padaku. Seperti berpihak padaku.
Tapi ternyata tidak.
Perlahan menjauh dariku, terasa menggigilkan rindu.
haruskah aku pergi dan menjauh juga?
Apakah aku bisa?
Apakah aku bisa?
Apakah aku bisa?
Bisa kah aku?

Apa yang kucari dari mu?
Jauh tapi mengapa aku merasa dekat?

Akh...

#mawar merah

Minggu, 06 Mei 2018

Pada Cahaya

dan
berjalan pelan di selasar hatimu
seperti kepompong
yang setia mengulum sunyi
memintal sayap kehidupan
suatu saat
terbang menuju langitmu
menemukan cahaya hangat
yang telah kau siapkan
untuk kisah kita
supaya tidak menggigil dalam diam

berharap
 akan indah pada waktunya

#dilema