Pagi hampir sempurna,
ketika dering telepon rumah membangunkan para penghuninya. Dengan tergagap aku
menuju ruang tamu, kaget karena bunyi telepon sepagi ini, pun karena bangun
kesiangan. Keduanya menyebalkan.
"Hallo..."
Diam. Ga direspon. Dan
aku masih setengah sadar.
"Siapa nii..?"
Juga ga direspon.
"Ish...ganggu
aja" kututup telepon.
Segera sadar untuk
secepatnya mandi, byurrrr...
Tiga puluh menit
kemudian, ku sudah tiba di kantorku, di meja kerjaku dan hampir telat sepuluh
menit, jika terhadang macet. Syukuuur lancar jaya lalu lintas sehabis libur
Lebaran. Tepatnya, orang - _orang masih otw dari kampungnya menuju ibu kota,
maka jalanan masih -seperti lewat jalan setapak menuju pekuburan- sepi.
Sembari mengaduk segelas
teh manis,aku masih memikirkan siapa gerangan penelepon pagi yang tidak mau
menjawab sapaanku. Kuambil sepotong kue berukuran agak lebar, untuk sekadar
mengisi perutku yang tadi tidak sempat sarapan. Setiap pagi kantor tempatku
bekerja menghidangkan kue-kue, sebagai ucapan selamat datang bagi karyawannya.
Hebat,kan? He he he... Kubawa ke meja kerjaku. Harumnya teh bandulan
mengingatkanku pada nenekku, penyruput setia teh bandulan.
Sesudah berdoa dalam
diam, memohon kelancaran kerja pagi ini, aku mulai bekerja menata satu demi
satu setiap hal yang seharusnya kuselesaikan. Sekitar lima belas menit saja,
tiba-tiba sms di handphone memberi tanda. Kutoleh saja.
Pikirku, pagi-pagi ngeladenin sms sama dengan menunggu surat PHK dari atasanku.
Kuabaikan saja. Dan aku berhasil, setidaknya sampai waktu makan siang.
Satu porsi nasi soto
ayam siap kusantap dan minumnya, cukup segelas air putih hangat. Sepersekian
detik, kuingat sms yang tadi belum sempat kubaca. Baca dulu atau makan
dulu ya..baca,makan,baca,makan,ba...
kusruput kuah
soto..hmm..sedap..dan sekejap saja, makan siang sudah kutuntaskan.
Kantor tempatku bekerja
memberi waktu satu jam saja untuk makan siang. Lumayan, karena biasanya mulai
dari memesan makanan sampai kenyang menghabiskannya, butuh waktu 30 menit, itu
juga kalau ga banyak yang antri. Kantin memang tidak begitu luas. Kulirik jam
tanganku. Lumayan masih ada waktu.
"Ish..ganggu
aja" Sms pertama. Deg. Kok,dia bisa menirukan omonganku tadi pagi di
telepon? Kok dia tahu nomer HP ku? Sms berasal dari siapa ya? Omigod...tanpa
nama
"Aku sekarang sudah
tidak lagi berstatus mahasiswa abadi, kesayangan ibu-ibu dosen cantik dan muda,
seperti tuduhanmu. Ada nada cemburu setiap kau utarakan hal itu,he he
he..senyum dong sayang. Aku sudah wisuda tiga bulan lalu. Dan kini sudah
bekerja." Sms kedua melimbungkan diriku, dan aku memegang tepian meja,
untuk menstabilkan hatiku yang berderu kencaaang.
"Aku akan menjadi
pacarmu lagi,kaan? Seperti yang engkau minta dulu, padaku?"
" Selesaikan dulu
kuliahmu dan kerja, baru aku mau jadi pacarmu lagi. Dan...selama menunggu semua
itu, kita jalan sendiri-sendiri saja. Mungkin, saat kau sudah diwisuda dan
bekerja aku masih sendiri. Mungkin juga,aku sudah tidak sendiri."
Aku masih mematri kata-kata perpisahanmu,tepatnya kata-kata dirimu memutuskan
cinta kita. Saat itu aku memang tidak ingin membantah apapun." Sungguh,
sms ketiga membuatku tercekat. Dia? Omonganku dua tahun lalu masih ia simpan
baik-baik? Akh...terbuat dari apakah hatiku ini? Kugigit bawah bibirku untuk
melanjutkan membaca sms keempatnya.
"Semoga engkau
masih sendiri,Hani. Kalaupun sudah tidak sendiri, aku tetap berterima kasih,
karena sudah memberiku kekuatan untuk menyelesaikan kuliah. Dari aku, kekasih
yang terbuang. "
Mataku terasa hangat,
air mata merembes perlahan. Kubiarkan saja, toh tidak ada siapapun yang
memperhatikan, karena setiap pengunjung kantin terlihat lahap menyantap makan
siangnya.
"Aku masih
sendiri,cintaku." balasan pendek saja yang sanggup kutulis.
Entah apa rasaku dua
tahun terpisah jarak dan waktu. Aku kembali ke kotaku untuk bekerja sesudah
wisuda, dan dia tertatih-tatih menyelesaikan kuliahnya, di kota kelahirannya.
Waktu itu aku kacau, karena dia sudah semester sepuluh dan belum ada tanda-tanda
untuk berjuang menyelesaikan kuliahnya. Aku tidak suka. Aku putuskan sepihak.
pacar macam apa aku,ini? Pernah kusesali diriku.
Lalu kukembali ke
kotaku dan bekerja sekaligus mencoba melupakannya. Ternyata aku sudah melewati
kesendirianku selama dua tahun ini. Entah kekuatan apa yang mengikatku sehingga
tidak kubalas juga pernyataan cinta dari Gio teman satu kantor tapi beda
divisi. Terlebih, Marcell teman SMA yang sampai kini masih menginginkanku
menjadi pendamping hidupnya. Akh...
"Kriiing..."
handphone ku berdering.
Nomer yang sama.
Dan aku?
Aku tidak sanggup
bicara langsung,sebelum dia menerima permintaan maafku...
Pupus Juni 2017
cinta memang misteri...